JAKARTA, Tentang Uang – Mata uang rupiah dibuka menguat tipis sebesar 0,11% pada perdagangan Selasa (7/1/2024), mencapai posisi Rp16.180 per dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data dari Bloomberg, rupiah menguat 18 poin, atau sekitar 0,11%, pada level tersebut.
Pergerakan Indeks Dolar dan Mata Uang Asia Lainnya
Pada saat yang sama, indeks dolar AS tercatat menguat sebesar 0,08% ke posisi 108,34. Sementara itu, mata uang-mata uang lainnya di Asia bergerak dengan tren yang bervariasi terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong dan dolar Taiwan masing-masing dibuka menguat 0,03% dan 0,37%, sedangkan won Korea Selatan dan peso Filipina mencatatkan penguatan masing-masing sebesar 0,43% dan 0,28%.
Selain itu, mata uang yuan China dan ringgit Malaysia juga menguat, masing-masing sebesar 0,01% dan 0,07%. Namun, di sisi lain, yen Jepang dan dolar Singapura tercatat melemah masing-masing 0,39% dan 0,06%. Mata uang lainnya, rupee India, juga mengalami pelemahan sebesar 0,05% terhadap dolar AS.
Proyeksi Pergerakan Rupiah oleh Ibrahim Assuaibi
Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan bahwa rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup menguat dalam kisaran Rp16.150 hingga Rp16.210 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Ibrahim menjelaskan bahwa salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah kekhawatiran terkait suku bunga AS yang diperkirakan akan turun lebih lambat pada tahun 2024.
Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pergerakan Rupiah
Ibrahim menambahkan bahwa pada Desember lalu, Federal Reserve (Fed) telah mengingatkan bahwa inflasi yang cenderung lesu dan kuatnya pasar tenaga kerja AS akan membuat suku bunga tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama. Gubernur Fed, Adriana Kugler, dan Presiden Fed San Francisco, Mary Daly, juga mengungkapkan bahwa bank sentral AS belum menyatakan kemenangan atas inflasi dan terus mengamati pasar tenaga kerja untuk mencari tanda-tanda pelemahan.
Menurut Ibrahim, kondisi ini menunjukkan bahwa The Fed mungkin tidak terlalu terburu-buru untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Fokus pasar saat ini tertuju pada data penggajian non-pertanian yang akan dirilis, yang bisa memberikan indikasi lebih lanjut mengenai kebijakan suku bunga.
Selain itu, Ibrahim juga menyoroti pentingnya data inflasi Desember yang akan dirilis dalam pekan ini, yang dapat memengaruhi ekspektasi pasar terhadap kemungkinan stimulus lebih lanjut.
Perkembangan Ekonomi China dan Potensi Stimulus
Ibrahim juga mencatat bahwa Beijing diperkirakan akan meningkatkan pengeluaran fiskal pada tahun 2025 untuk mendukung perekonomian China, yang tengah berjuang melawan deflasi yang berkepanjangan dan penurunan pasar properti. Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa Donald Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif perdagangan yang lebih tinggi terhadap China, yang dapat memicu respons stimulus lebih kuat dari pemerintah Beijing untuk menstabilkan perekonomian.
Dengan berbagai faktor eksternal yang mempengaruhi, pergerakan rupiah dan mata uang lainnya diperkirakan akan terus mengalami fluktuasi yang dipengaruhi oleh data ekonomi global, kebijakan suku bunga, dan situasi geopolitik yang terus berkembang.
Leave a Reply