Jakarta, Tentang Uang – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sedikit melemah sepanjang pekan ini, meskipun ada sentimen pasar yang campur aduk. Rupiah tercatat mengalami penurunan tipis sebesar 0,03% secara point-to-point (ptp), meskipun pada perdagangan Jumat (6/12/2024) kemarin rupiah berhasil menguat sedikit sebesar 0,06%, ditutup di level Rp 15.845/US$.
Stabil di Level Rp 15.800/US$
Secara keseluruhan, rupiah cenderung stabil di level psikologis Rp 15.800/US$ pada pekan ini, meskipun sempat menembus level Rp 15.900/US$ di awal pekan. Penguatan tipis pada akhir pekan didorong oleh rilis data cadangan devisa domestik dan prospek rilis data global yang diperkirakan berpengaruh.
Cadangan Devisa Domestik Menurun
Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2024 tercatat sebesar US$150,2 miliar, turun sekitar US$1 miliar dibandingkan dengan akhir Oktober 2024. Meskipun mengalami penurunan, jumlah cadangan ini masih cukup untuk membiayai 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor ditambah pembayaran utang luar negeri pemerintah, yang jauh melebihi standar internasional yang menetapkan minimal 3 bulan impor.
Penurunan cadangan devisa ini sebagian besar disebabkan oleh kewajiban pembayaran utang luar negeri pemerintah. Namun, BI menilai cadangan devisa yang ada masih cukup kuat untuk menopang ketahanan sektor eksternal, menjaga stabilitas makroekonomi, serta mendukung sistem keuangan Indonesia.
Optimisme BI Terhadap Ekonomi Indonesia
Meski ada penurunan cadangan devisa, BI tetap optimistis dengan prospek perekonomian Indonesia. Prospek ekspor yang cerah, surplus neraca transaksi modal dan finansial, serta persepsi positif investor terhadap perekonomian Indonesia menjadi faktor yang memperkuat daya tahan ekonomi. BI juga menekankan pentingnya sinergi dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas eksternal guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Arus Keluar Dana Asing Terus Berlanjut
Di sisi lain, arus keluar dana asing (outflow) dari pasar keuangan domestik terus berlanjut pada pekan pertama Desember 2024, yang memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah, meskipun pelemahannya cukup tipis, hanya 0,03% sepanjang pekan.
Selama periode 2-5 Desember 2024, investor asing mencatatkan posisi net sell di pasar keuangan Indonesia sebesar Rp 5,13 triliun, terutama disebabkan oleh arus jual yang cukup besar di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Meski begitu, investor asing mulai mencatatkan posisi net buy di pasar saham Indonesia, dengan nilai mencapai Rp 1,24 triliun.
Mata Uang Asia Lainnya Tertekan Lebih Besar
Namun, pelemahan rupiah minggu ini masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya. Seperti yuan China yang melemah 0,34%, rupee India yang turun 0,24%, dan yang paling signifikan adalah won Korea Selatan yang terdepresiasi sebesar 1,84% akibat guncangan politik yang sedang terjadi di negara tersebut.
Fokus Pasar pada Data Ekonomi Global
Secara global, pelaku pasar kini tengah menantikan pidato dari Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell, serta data tenaga kerja AS yang akan dirilis. Powell sebelumnya menyatakan bahwa perekonomian AS lebih kuat dari yang diperkirakan, meskipun ia mendukung pendekatan hati-hati dalam menurunkan suku bunga.
Data tenaga kerja AS menunjukkan tambahan 12 ribu pekerjaan pada Oktober 2024, yang merupakan angka terendah sejak Desember 2020, jauh di bawah ekspektasi dan revisi data bulan sebelumnya yang mencatatkan penambahan 223 ribu pekerjaan. Tingkat pengangguran di AS tetap stabil di 4,1%, dengan jumlah pengangguran mencapai 7 juta orang. Angka partisipasi tenaga kerja sedikit turun ke 62,6%, yang menunjukkan adanya perlambatan dalam pasar tenaga kerja AS.
Leave a Reply