Rupiah Melemah ke Posisi Rp16.271 per Dolar AS pada Pembukaan Perdagangan
JAKARTA, Tentang Uang – Mata uang rupiah dibuka melemah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (13/1/2025), dengan nilai tukar berada di posisi Rp16.271 per dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah sebesar 0,50% atau 81 poin dibandingkan penutupan sebelumnya.
Indeks Dolar dan Mata Uang Asia Lainnya
Pada saat yang bersamaan, indeks dolar AS tercatat turun 0,01% ke posisi 109,64. Beberapa mata uang di Asia juga mengalami pelemahan, di antaranya dolar Taiwan yang melemah 0,21%, peso Filipina turun 0,45%, rupee India melemah 0,13%, dan baht Thailand turun 0,07%. Sementara itu, beberapa mata uang Asia lainnya menunjukkan penguatan, seperti yen Jepang yang menguat 0,18%, dolar Singapura yang naik 0,02%, dolar Hong Kong yang menguat 0,01%, won Korea Selatan yang naik 0,16%, dan yuan China yang menguat 0,02%.
Proyeksi Pergerakan Rupiah pada Pekan Ini
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan bahwa pada perdagangan Senin (13/1/2025), rupiah akan bergerak fluktuatif, namun diperkirakan akan ditutup menguat di rentang Rp16.130 – Rp16.200 per dolar AS. Ia juga menjelaskan bahwa ada beberapa faktor eksternal yang memengaruhi pergerakan rupiah.
Sentimen Eksternal yang Mempengaruhi Rupiah
Salah satu faktor utama adalah ketidakpastian menjelang data penggajian nonpertanian AS untuk periode Desember 2024. Data ini berpotensi memengaruhi prospek suku bunga AS, yang telah konsisten melampaui ekspektasi selama setahun terakhir di tengah ketahanan pasar tenaga kerja. Hal ini memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertimbangkan pemotongan suku bunga di masa mendatang. Namun, dalam risalah rapat bank sentral AS minggu ini, The Fed cenderung berhati-hati dalam memangkas suku bunga lebih lanjut, mengingat inflasi yang masih lemah dan ketahanan pasar tenaga kerja.
Dari sisi China, data inflasi yang lemah memicu spekulasi bahwa Beijing mungkin akan meluncurkan lebih banyak stimulus untuk mendukung pengeluaran swasta, terutama jika ancaman kenaikan tarif perdagangan AS meningkat. Di sisi domestik, program makan bergizi gratis yang telah dijalankan di Indonesia diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian, meskipun masih ada tantangan yang perlu dihadapi ke depan.
Leave a Reply